Cara Memilih Saham dengan Analisis Fundamental - Revesery -->

Cara Memilih Saham dengan Analisis Fundamental

Cara Memilih Saham dengan Analisis Fundamental dan contoh analisisnya - Hallo hai, bagaimana liburannya? Menyenangkan kah? Atau biasa saja? Setelah libur panjang lebaran, maka hari ini kita harus beraktivitas kembali seperti biasa haha, malas rasanya. Dan tidak lupa juga bahwa hari ini Bursa Saham sudah dibuka setelah ditinggal libur lebaran. Sudah mengincar saham apa aja nih?

Melanjutkan postingan sebelumnya tentang saham, maka kali ini saya akan membahas sedikit saja tentang Analisis Fundamental. Tapi apa masih pada bingung? Kalau masih pada bingung coba baca lagi postingan sebelumnya, siapa tahu kurang teliti.

Nah, setelah kita tahu apa itu saham. Saham itu surat berharga atau surat kepemilikan ya, bisi paroho. Dan sudah tahu pula cara membuka rekening efek (RDI) yaitu dengan cara datang langsung ke kantor sekuritas terdekat biar bisa tanya-tanya langsung ke mereka, atau bisa juga dilakukan dengan cara full online. Kalau sudah paham mari kita bahas sedikit saja mengenai Analisis Fundamental.

APA TUJUAN DARI ANALISIS FUNDAMENTAL?

Yaitu agar kita bisa memilah dan memilih mana saja saham yang bagus dan layak untuk dibeli lalu disimpan dalam jangka waktu lebih dari 10 Tahun. Setelah melakukan pembukaan rekening efek dan siap berinvestasi, pastinya kita bingung mau beli saham apa nih. Maka Analisis Fundamental ini sangat diperlukan agar kita tidak “Membeli kucing dalam karung”.


Analisis Fundamental

Ada 3 jenis saham di Bursa yaitu:

A. Saham Blue Chip, yaitu saham papan atas dengan kapitalisasi pasar di atas 50 T. Fundamnetalnya pun sangat kuat, karena saham ini merupakan pemimpin dari saham-saham yang ada di bursa. Manajemennya juga sudah pasti terjamin, dan pastinya paling likuid. Saham-saham ini di antara lain, BBRI, BBCA, TLKM, UNVR, HMSP, dll.

B. Second Linier, yaitu saham lapis dua atau penengah ya, kapitalisasi pasarnya yaitu >10 T dan <50 T. Saham lapis dua ini bisa dikatakan bagus dan bisa juga jelek. Contoh dari saham ini ialah, PGAS, INKP, JPFA, MYOR, TKIM, dll.

C. Third Linier atau biasa disebut dengan saham gorengan. Kapitalisasi pasarnya >10 T, dan saham seperti ini yang wajib dihindari oleh para pemula soalnya takut kolesterol. Contoh dari saham ini lumayan banyak tapi saya males nyarinya karena saya enggak doyan gorengan haha.

Nah untuk pemula , saham Blue Chip sangat cocok. Yang membedakan saham Blue Chip dengan yang lainnya adalah saham ini bisa ditradingkan dan bisa juga buat jangka panjang. Ketika saham ini mengalami penurunan yang sangat tajam, dan pastinya suatu saat saham ini akan kembali ke harga awalnya. Berbeda dengan saham gorengan yang harus membutuhkan waktu yang sangat lama dan malah nyangkut? Alias harga sudah turun eh dijual pun susah haha.

2. Kinerja Perusahaan

Ketika kita sedang mengincar suatu perusahaan, kita harus tahu dulu perusahaan tersebut bergerak di sektor apa, apakah dipimpin oleh orang yang berkompeten. Kita juga harus melihat kinerja perusahaan tersebut minimal 5 Tahun ke belakang.

Apakah perusahaan tersebut sering rugi, atau sering untung, dan apakah laba perusahaan tersebut sering meningkat tiap tahunnya? Jangan sampai kita membeli saham suatu perusahaan yang memiliki track record yang buruk.

Contohnya ISAT, beberapa tahun ke belakang sering mengalami kerugian dan anehnya ada beberapa golongan yang ingin agar Indonesia melakukan buy back, padahal perusahaan itu sedang merugi.

“Di mana kita bisa melihat kinerja perusahaan tersebut dalam 5 Tahun ke belakang?”

Bisa kita cek laporan keuangannya di www.idx.co.od tentang laporan keuangan. Nah, di situ kita bisa lihat profil perusahaan, kinerja perusahaan, apakah labanya sering meningkat tiap tahunnya, siapa manajemennya, pokoknya di sana sudah ada semuanya.

3. Membeli Di Harga Yang Murah

Strategi ini biasa digunakan oleh para investor seperti Lo Kheng Hong dan Warren Buffet, strategi sederhana namun sangat menguntungkan.

“Terus bagaimana bisa tahu kalau saham itu sedang murah atau enggaknya?”

Ada beberapa indikator atau ratio-ratio saham yang wajib kita pelajari, dan di sini saya tidak akan terlalu membahas lebih banyak, Selebihnya bisa kalian kembangkan masing-masing.

Perbedaan PBV, ROE, PER, DER, dll.

I. PBV (Price Book Value) atau nilai ekuitas per saham. Cara menghitung PBV ialah (Harga saham : Book Value), Book Value sendiri bisa didapat dari (Ekuitas : Jumlah saham yang beredar). Untuk mencari ekuitas perusahaan bisa dilihat dari laporan keuangan,

misal total ekuitas saham ABCD adalah 7 T dan jumlah saham yang beredar adalah 5 M. Maka 7 T : 5 M = 1.400, jadi Book Value saham ABCD adalah 1.400. Nilai ini merupakan harga asli saham tersebut.

Nah, jika harga saham ABCD saat ini adalah Rp. 3000, maka 3000 : 1.400 = 2.1.

Jadi PBV saham ABCD adalah 2.1x, itu artinya Anda harus membayar 2.1x untuk memiliki asset dari saham ABCD. Perlu diketahui semakin PBV-nya kecil maka semakin murah, misal dibawah 1x.

II. ROE (Return On Equity). 

Rasio ini menunjukkan tingkat efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dari dana yang diinvestasikan pemegang saham. Rumus dari ROE ini adalah (Laba Bersih : Ekuitas) x (100%). Semakin besar ROE ini maka semakin bagus, dan jika ROE-nya minus maka perusahaan sedang mengalami kerugian. Menurut saya min ROE yang bagus adalah 15%.

ROE dan PBV ini saling berkaitan, jadi ketika saham ABCD memiliki PBV 2.1x tapi ROE-nya 25%, maka masih layak beli dan ini masih wajar.

NIlai wajar PBV dan ROE = jika (ROE 10% maka PBV 1x), (ROE 20% maka PBV 2x), (ROE 30% maka PBV 3x), dst.

III. PER (Price Earning Ratio) 

yaitu perbandingan harga saham dengan laba bersih perusahaan. Rumus PER adalah (Harga saham : EPS), EPS (Earning Per Share) didapat dari (Laba Bersih : Jumlah saham beredar). Jika PER-nya semakin rendah maka semakin bagus, asal jangan minus.

PER yang wajar menurut saya adalah di bawah 15. Tapi jika menemukan saham yang PER-nya 4x sekalipun, dan secara fundamental buruk, tidak jelas masa depannya, kinerja masa lalunya buruk, maka tetap saja tidak layak beli.

IV. DER (Debt to Equity Ratio),

 DER adalah rasio hutang terhadap ekuitas.Rumusnya adalah (Liabilitas : Ekuitas), semakin kecil DER ini maka kondisi perusahaan semakin bagus. Tapi untuk emiten di sektor keuangan seperti Bank dan Property memiliki DER yang lebih besar, karena sebagian dana dari emiten ini adalah dari pihak ke 3.

V. Dividen Yield (Harga Saham : Dividen per lembar saham). 

indikator ini untuk melihat seberapa royalnya para pemegang saham mayoritas terhadap para pemegang saham minoritas. Semakin besar Yield-nya maka semakin bagus.

Sebenarnya masih ada banyak indikator-indikator yang harus dipelajari, mungkin kalian bisa kembangkan masing-masing. Yang penting kita sudah tahu dasar-dasarnya. Dan sekarang itu lebih mudah, jadi tidak perlu lagi menghitung rasio-rasio tersebut karena sudah dituliskan oleh manajemen di laporan keuangan. Atau bisa juga lihat di aplikasi sekuritas yang dipakai.

Terima kasih.

Ada pertanyaan? Silahkan komentar

Posting Komentar

Revesery.com

Revesery.com

download file ini untuk mencoba: 

Revesery.com

Revesery.com

 Download ==>>