Mengapa Terlalu Personal Branding Itu Tidak Baik
Mengapa Terlalu Personal Branding Itu Tidak Baik - Dunia digital itu memang kejam ya, Mereka tanpa sungkan, membeberkan cerita-cerita sebenarnya jika menemukan adanya ketidak beresan. Dunia digital itu seperti punya intelijen-intelijen yg bahkan jauh lebih tak terduga hasilnya karena menggunakan model kolaboratif dalam melakukan penyelidikan.
Masih ingat film sexy killers yg mampu mengulas dengan sangat detail sisi-sisi negatif bisnis tambang batu bara di Indonesia
Bagaimana cara mereka menguliti fakta dengan sangat runut dan mendalam di setiap poin-poin penting yg dibahas. Semakin orang tertarik dan paham dengan kasus yg dibahas, intelijen dan narasumber yg terlibat juga bisa mendadak banyak
Apalagi untuk kasus-kasus yang viral atau trending. Masih ingat kasusnya pengeroyokan anak cewek bernama Audrey yg sempat mengehebohkan jagat media digital. Awalnya banyak yg simpatik dan membela Audrey. Tapi begitu terungkap fakta yg sebenarnya, para pahlawan pembela itu mundur teratur.
Tim Gabungan Pencari Fakta ala netijen itu memang luar biasa kinerja dan dampaknya. Kasus sutradara Livi Zheng yg dinilai over branding itu juga bukti, Betapa mengerikannya kekuatan netijen, apalagi jika dimotori media-media besar Seperti Tirto yg mampu mengulas kalau prestasi Livi Zheng itu biasa aja sebenarnya, gak seheboh seperti yg diberitakan media.
Ambil sisi positifnya..
Bangun personal Branding itu boleh, sah-sah aja, Tapi jangan berlebihan dan mengada-ada. Branding terlalu bombastis, terlalu tinggi akan malah memberikan beban sebenarnya, karena ekspektasi pasar jadi berlebih.
Katika mereka menemukan sesuatu yg janggal pasti akan memancing orang untuk menyelidiki dan mengungkap fakta yg sebenarnya. Pohon jika dia tinggi dan menjulang secara alami pasti masih kokoh ketika angin berhembus kencang sekalipun, Karena akar-akarnya sudah menancap kuat di tanah.
Tapi jika ada pohon sulapan, mendadak tinggi, kena angin sepoi-sepoi aja udah doyong, bahkan tumbang langsung
Kenapa? Karena akarnya gak kuat.
Fenomena overbranding ini memang marak, apalagi dengan adanya social media yg membuat pencitraan bisa dilakukan dengan mudah. Begitu mudah orang menyematkan label motivator nomer satu di Indonesia, Business Coach terbaik di Indonesia Sepesialis scale up bisnis triliunan, 1000X Dan masih banyak lagi klaim-klaim sebagai yg teratas di bidangnya.
Jadi inget dulu jaman kamus bahasa Inggris masih dicetak. Jika ada satu kamus nge klaim paling lengkap, maka yg lainnya akan mencoba muncul dg sesuatu yg lebih heboh lagi buat mengunggulinya.
Kamus Lengkap 10 juta kata, Berikutnya muncup kamus lengkap 100 juta kata bahkan semilyar kata
Ujungnya zonk..
Maksud Saya adalah..
Bangunlah personal branding dengan sewajarnya, Storykan apa yg benar-benar kita raih, Bukan mengada-ada, melebih-lebihkan, bahkan yg paling parah mengklaim kerja dan prestasi orang lain sebagai pencapaian kita.
Jika tidak ada yg mengulik-ngulik sih gpp, Tapi.. jika ada yg nantinya akan mengungkap fakta yg sebenarnya bisa malu sendiri kita. Cara terbaik membangun personal branding adalah dengan konsisten berbagi value. Dengan membagi value orang akan tahu siapa kita sebenarnya. Seseorang itu akan di judge dari besarnya value yg ia berikan. Semakin berharga value yg ia berikan, publik akan penasaran dengan sendirinya, siapa orang ini sebenarnya.
Biarkan tim pencari fakta bekerja mencari tau siapa kita karena bagusnya prestasi kita, bagusnya produk kita, betapa mendominasinya bisnis kita dipasar. Bukan malah sebaliknya. Kita dicari-cari karena begitu melangitnya klaim personal branding kita /Sekali lagi.. bijaklah dalam membangun personal branding. Say No To Over Branding.
Masih ingat film sexy killers yg mampu mengulas dengan sangat detail sisi-sisi negatif bisnis tambang batu bara di Indonesia
Bagaimana cara mereka menguliti fakta dengan sangat runut dan mendalam di setiap poin-poin penting yg dibahas. Semakin orang tertarik dan paham dengan kasus yg dibahas, intelijen dan narasumber yg terlibat juga bisa mendadak banyak
Apalagi untuk kasus-kasus yang viral atau trending. Masih ingat kasusnya pengeroyokan anak cewek bernama Audrey yg sempat mengehebohkan jagat media digital. Awalnya banyak yg simpatik dan membela Audrey. Tapi begitu terungkap fakta yg sebenarnya, para pahlawan pembela itu mundur teratur.
Tim Gabungan Pencari Fakta ala netijen itu memang luar biasa kinerja dan dampaknya. Kasus sutradara Livi Zheng yg dinilai over branding itu juga bukti, Betapa mengerikannya kekuatan netijen, apalagi jika dimotori media-media besar Seperti Tirto yg mampu mengulas kalau prestasi Livi Zheng itu biasa aja sebenarnya, gak seheboh seperti yg diberitakan media.
Ambil sisi positifnya..
Bangun personal Branding itu boleh, sah-sah aja, Tapi jangan berlebihan dan mengada-ada. Branding terlalu bombastis, terlalu tinggi akan malah memberikan beban sebenarnya, karena ekspektasi pasar jadi berlebih.
Katika mereka menemukan sesuatu yg janggal pasti akan memancing orang untuk menyelidiki dan mengungkap fakta yg sebenarnya. Pohon jika dia tinggi dan menjulang secara alami pasti masih kokoh ketika angin berhembus kencang sekalipun, Karena akar-akarnya sudah menancap kuat di tanah.
Tapi jika ada pohon sulapan, mendadak tinggi, kena angin sepoi-sepoi aja udah doyong, bahkan tumbang langsung
Kenapa? Karena akarnya gak kuat.
Fenomena overbranding ini memang marak, apalagi dengan adanya social media yg membuat pencitraan bisa dilakukan dengan mudah. Begitu mudah orang menyematkan label motivator nomer satu di Indonesia, Business Coach terbaik di Indonesia Sepesialis scale up bisnis triliunan, 1000X Dan masih banyak lagi klaim-klaim sebagai yg teratas di bidangnya.
Jadi inget dulu jaman kamus bahasa Inggris masih dicetak. Jika ada satu kamus nge klaim paling lengkap, maka yg lainnya akan mencoba muncul dg sesuatu yg lebih heboh lagi buat mengunggulinya.
Kamus Lengkap 10 juta kata, Berikutnya muncup kamus lengkap 100 juta kata bahkan semilyar kata
Ujungnya zonk..
Maksud Saya adalah..
Bangunlah personal branding dengan sewajarnya, Storykan apa yg benar-benar kita raih, Bukan mengada-ada, melebih-lebihkan, bahkan yg paling parah mengklaim kerja dan prestasi orang lain sebagai pencapaian kita.
Jika tidak ada yg mengulik-ngulik sih gpp, Tapi.. jika ada yg nantinya akan mengungkap fakta yg sebenarnya bisa malu sendiri kita. Cara terbaik membangun personal branding adalah dengan konsisten berbagi value. Dengan membagi value orang akan tahu siapa kita sebenarnya. Seseorang itu akan di judge dari besarnya value yg ia berikan. Semakin berharga value yg ia berikan, publik akan penasaran dengan sendirinya, siapa orang ini sebenarnya.
Biarkan tim pencari fakta bekerja mencari tau siapa kita karena bagusnya prestasi kita, bagusnya produk kita, betapa mendominasinya bisnis kita dipasar. Bukan malah sebaliknya. Kita dicari-cari karena begitu melangitnya klaim personal branding kita /Sekali lagi.. bijaklah dalam membangun personal branding. Say No To Over Branding.
Posting Komentar